Yak, #turkrl kali ini memang di beri nama Jakarta Graveyard Tour. Tempat – tempat tujuannya adalah tempat – tempat wisata bersejarah yang sempat atau masih dijadikan sebagai tempat pemakaman di Jakarta ini. Jadi rutenya adalah ke Museum Wayang, Museum Taman Prasasti, dan berakhir di Kebun Raya Bogor. Seperti tur sebelumnya, dari 43 nama yang mendaftar untuk ikutan Jakarta Graveyard Tour, hanya ada 14 orang yang ikutan yaitu Dadi Bangun, Letezia Tobing, Tri Jata Ayu, Asri Katelya, Risky Mayang Sari, Pista Simamora, Robert Sidauruk, Ingrid Josephine, Miko Ginting, Erasmus Napitupulu, Dewitya Dianuary, Galuh Chandra, Wahyu Widyaningrum, Adi Condro Bawono.
Lokasi untuk meeting point di #turkrl memang selalu di Stasiun Manggarai pukul 9 pagi. Dan peserta pertama yang hadir di Stasiun Manggarai adalah kakak Galuh Chandra dan kakak Adi Condro Bawono.
Setelah itu berturut – turut hadir Letezia Tobing, Tri Jata Ayu, Pista Simamora, Robert Sidauruk, Ingrid Josephine, Miko Ginting, Erasmus Napitupulu, Dewitya Dianuary, dan Wahyu Widyaningrum. Ya pasti ajang foto – foto nggak ketinggalan dong.
Sementara itu kakak Dadi Bangun, Asri Katelya, dan Risky Mayang Sari nyusul ke Stasiun Jakarta Kota. Setelah sampai di Stasiun Jakarta Kota, semuanya berjalan kaki menuju Taman Fatahillah di depan Museum Sejarah Jakarta untuk memulai sesi perkenalan dan juga penjelasan tentang sosok Jan Pieterszoon Coen, Sang pendiri Batavia.
Setelah sesi perkenalan dan penjelasan tentang Museum Wayang dan JP Coen, ya kita rame – rame masuk ke Museum Wayang. Seperti biasa, beberapa peserta mengambil gambar di depan prasasti JP Coen di Museum Wayang.
Setelah melihat beberapa prasasti di Museum Wayang, ya akhirnya semuanya pada menikmati koleksi Museum Wayang. Oh ya kakak Asri Katelya baru ikutan gabung disini
Selepas di Museum Wayang, memang ada sesi “free time”nya nih plus penyerahan hadiah buat pemenang yang sudah kasih alasan paling ok saat pemilihan tur kemarin.
Dari Museum Wayang, perjalanan di lanjutkan ke Museum Taman Prasasti di Tanah Abang. Ternyata Museum Taman Prasasti sedang dalam fase renovasi loh. Sesi penjelasan tentang Museum Taman Prasastinya dilakukan di depan Prasasti Pieter Erberveld.
Setelah sesi penjelasan selesai, ya balik lagilah pada Foto – foto hehehehe.
Ternyata, perjalanan dari Museum Wayang sampai ke Museum Taman Prasasti sudah menguras energi peserta, jadi pada mengancam kalau nggak segera makan, para peserta akan melakukan “revolusi” hehehehehe. Jadi akhirnya kita mampir di rumah makan padang di dekat lokasi itu. Kalau di rata – rata biaya makan – makannya sih sekitar Rp. 20 ribu/orang. Dari titik ini kami berpisah dengan kakak Wahyu Widyaningrum. *Sedih
Selepas kenyang, para peserta diajak naik angkot ke Stasiun Tanah Abang. Dari Stasiun Tanah Abang perjalanan berlanjut ke Stasiun Bogor. Semua peserta akhirnya merasakan berdiri selama 1 jam 30 menit. Sampai di Stasiun Bogor kita masih naik angkot lagi ke Kebun Raya Bogor loh. Setelah perjuangan panjang tadi dengan 3 kloter angkot, sampai juga kita di Kebun Raya Bogor.
Sampailah kita semua di tujuan akhir, yaitu kuburan Belanda di Kebun Raya Bogor
Setelah selesai melihat kuburan Belanda, akhirnya kitapun bersiap pulang. Etapi pas mau pulang malah hujan deras banget. Kepaksa deh nunggu di Cafetaria yang malah tutup hehehehe.
Hujan yang deras sudah berangsur merintik, semua peserta yang sudah kelelahanpun bergegas pulang kembali ke Stasiun Bogor. Tapi tetap dong, foto – foto di gerbong KRL, kali ini duduk koq dari Stasiun Bogor sampai ke Stasiun Tanah Abang.
Sampai ketemu lagi di #turkrl berikutnya ya