Ada beberapa stasiun yang dibangun pada masa Hindia Belanda yang bisa menjadi tempat untuk mengakomodir hasrat narsis berfoto Selfie di Media Sosial. Stasiun – stasiun itu meskipun tidak terlampau terawat, namun bila cukup jeli, kamu masih bisa kok mendapatkan kemegahan stasiun – stasiun tersebut. Beberapa stasiun tua yang direkomendasikan untuk dikunjungi adalah:
Stasiun Jakarta Kota
Stasiun Jakarta Kota, beberapa warga Jakarta mengenalnya dengan nama Stasiun Beos. Beos sendiri merupakan singkatan dari Bataviasche Ooster Spoorweg Maatschappij. Stasiun Jakarta Kota berlokasi di Jl. Taman Stasiun Kota No 1, Jakarta Barat.
Dibangun tahun 1870 dengan nama Stasiun Batavia Zuid dan sempat ditutup untuk renovasi pada 1926, Stasiun Jakarta Kota mulai digunakan kembali pada 8 Oktober 1929. Pengoperasian kembali Stasiun Jakarta Kota diresmikanoleh Gubernur Jenderal A.C.D. de Graeff dengan proses upacara besar.
Stasiun Jakarta Kota merupakan buah karya seorang Arsitek kelahiran Belanda, Frans Johan Louwrens Ghijsels. Stasiun bergaya art deco ini didesain dan dibangun dengan kombinasi struktur dan teknik Eropa yang dipadukan dengan bentuk tradisional setempat. Stasiun Jakarta Kota mencerminkan filosofi Yunani, yaitukesederhanaan adalah jalan terpendek menuju kecantikan. Sampai saat ini Stasiun Jakarta Kota adalah stasiun penumpang terbesar dan memiliki rel serta peron terbanyak yang berjumlah 12.
Stasiun Manggarai
Stasiun Manggarai beralamat di Jl. Manggarai Utara 1, Manggarai, Jakarta Selatan. Stasiun ini dibangun pada 1912 oleh Ir. J. Van Gendt dan pengoprasiannya diresmikan pada 1 Mei 1918.
Pada masa revolusi kemerdekaan, stasiun Manggarai digunakan sebagai titik awal pemindahan ibukota Indonesia dari Jakarta ke Yogyakarta. Saat itu, perpindahan ibukota Indonesia ditandai dengan perjalanan Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Moh. Hatta menggunakan kereta api yang berangkat dari Stasiun Manggarai ini.
Stasiun Bogor
Bangunan Stasiun Bogor yang saat ini dapat kita lihat, dibangun pada 1881 dan berlokasi di Jl. Nyi Raja Permas Bogor. Sebelumnya, stasiun ini pernah dibangun pada 1872 untuk melayani jalur kereta Jakarta – Bogor. Namun, terus meningkatnya jumlah penumpang pengguna kereta api jurusan Jakarta menuju Bogor, menyebabkan pemerintah Hindia Belanda akhirnya memutuskan untuk membangun stasiun baru.
Pada Stasiun Bogor, terdapat sebuah ruangan yang menyimpan prasasti yang bertuliskan tahun dibangunnya stasiun Bogor, yaitu pada 1881. Prasasti di Stasiun Bogor ini dibangun sebagai bentuk penghargaan kepada D. Marschalk atas jasanya membangun jaringan kereta api di Jawa.
Stasiun Jatinegara
Stasiun Jatinegara berlokasi di Jl. Raya Bekasi Barat, Jakarta Timur. Pada masa sebelum kemerdekaan stasiun ini dikenal sebagai Stasiun Meester Cornelis. Diperkirakan, Stasiun Jatinegara dibangun oleh Staats Spoorwegen pada 1901 Stasiun ini juga digunakan sebagai depot perbaikan bagi lokomotif yang memerlukan perawatan ringan.
Menilik bangunannya, Stasiun Jatinegara memiliki desain arsitektur yang bermodel transisi antara gaya kolonial dengan gaya arsitektur moden.
Namun pastinya, bangunan Stasiun Jatinegara juga mengadopsi kondisi lingkungan Indonesia. Hal ini terlihat dari pemilihan model atap, pintu, dan jendela yang berupaya menjawab tantangan iklim Indonesia yang panas dan lembab.
Stasiun Pasar Senen
Stasiun Pasar Senen berlokasi di Jl. Pasar Senen, Jakarta Pusat. Dibangun pada 1924 dan diresmikan pada 19 Maret 1925.
Stasiun Pasar Senen adalah karya dari arsitek Ir. J. Van Gendt. Awalnya Stasiun Pasar Senen hanyalah stasiun kecil yang dibangun oleh Batavia Ooster Spoorweg Maatschappij (BOS) untuk mendukung layanan transportasi di Pasar Senen yang dibangun sejak 1733.
Namun kemudian, Stasiun Pasar Senen menjadi salah satu stasiun yang pertama kali dilalui oleh jalur elektrifikasi kereta di Jakarta.
Stasiun Tanjung Priok
Stasiun Tanjung Priok berlokasi di Jl. Taman Stasiun Tanjung Priok, jaraknya hanya selemparan batu dari gerbang Pelabuhan Tanjung Priok. Sejarah keberadaan Stasiun Tanjung Priok ini tidak dapat dilepaskan dari pembangunan Pelabuhan Tanjung Priok pada abad ke 19.
Pelabuhan Tanjung Priok sendiri dibangun untuk menggantikan fungsi dari Pelabuhan Sunda Kelapa. Pada saat itu, Pelabuhan Tanjung Priok berfungsi sebagai gerbang bagi Jakarta dan juga Hindia Belanda. Pelabuhan ini dibangun di tahun 1877 pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Johan Wilhelm van Lansberge.
Stasiun Tanjung Priok mulanya dibangun pada 1885. Kemudian, pada masa pemerintahan Gubernur Jenderael AFW Idenburg di 1914, Stasiun Tanjung Priok diperluas hingga luasnya mencapai 3600m2. Stasiun dengan nuansa at deco karya Ir. C.W. Koch saat itu menjadi stasiun termegah di Asia Tenggara.
Karena Stasiun Tanjuk Priok digunakan sebagai stasiun penghubung antara Pelabuhan Tanjung Priok dan Jakarta, tak mengherankan jika penumpang kapal-kapal yang mendarat di Pelabuhan Tanjung Priok terbiasa transit di Stasiun Tanjung Priok. Inilah alasan Stasiun Tanjung Priok pada masa itu dilengkapi dengan fasilitas yang memadai seperti restoran, lift, serta penginapan yang tersedia di lantai 2.
Memang sangat disayangkan karena saat ini tak ada satupun perjalanan KRL menuju Stasiun Tanjung Priok. Jika kamu mau mendatangi stasiun ini, maka kamu bisa berhenti di Stasiun Jakarta Kota untuk melanjutkan perjalanan dengan menggunakan TransJakarta Busway menuju Tanjung Priok.
Stasiun Palmerah sekarang sepertinya harus dimasukkan ke dalam list. Sudirman juga oke… 🙂
LikeLike
Stasiun-stasiun di jalur Serpong sekarang juga sudah mulai cantik. Cocok buat selfie. 😀
LikeLike