“Commuter Line tujuan Bogor masih tertahan sinyal masuk stasiun Gambir”, ujar announcer stasiun Cikini.
“Para penumpang yang terhormat, kami mohon maaf karena kereta Commuter Line anda masih tertahan sinyal masuk stasiun Manggarai dikarenakan adanya antrian KA”, ujar masinis melalui speaker yang tersedia di setiap kereta.
“Iya nih, keretanya lagi ketahan sinyal Gambir/Manggarai”, demikian banyak keluhan yang disampaikan oleh para pengguna KRL Jabodetabek atau yang sekarang diberi brand “Commuter Line” oleh PT KCJ (anak perusahaan KAI).
Mungkin bagi yang rutin naik Commuter Line (CL) rute dari dan ke Jakarta Kota sudah familiar dengan kalimat-kalimat diatas. Antrian CL untuk masuk dan keluar stasiun Manggarai atau melintas stasiun Gambir sering sangat menjengkelkan penumpangnya. Penulis sendiri memiliki rekor 40 menit tertahan sinyal masuk stasiun Gambir.
Sinyal merupakan pedoman dari perjalanan kereta termasuk CL. Sinyal mengeluarkan tanda dengan aspek berupa hijau, kuning dan merah yang memiliki arti masing-masing. Dan penulis akui masinis KRL era KCJ memiliki disiplin tinggi soal persinyalan, artinya sangat taat terhadap sinyal. Mengapa penulis bilang disiplin? Karena 8 tahun silam penulis masih bisa melihat KRL melanggar sinyal, bahkan berada 1 blok sinyal dengan KRL di depannya.
Tertahannya KRL (dan juga KA Jarak Jauh/KAJJ) merupakan imbas dari masuknya KAJJ ke Gambir maupun parkir di Manggarai. Beberapa pakar mengusulkan agar KAJJ dipisahkan dengan KRL, terus terang penulis menolak karena artinya akan mengesampingkan sistem transit atau intermoda antara KAJJ dengan KRL. Malah penulis usul agar Gambir kembali dibuka untuk KRL sehingga akan tercipta Intermoda antara KRL-KAJJ-Bus (Damri Lampung)-pesawat (Damri Bandara)-angkutan kota (TJ,Kopaja,Bus kota). Dan potensi itu hanya dimiliki Gambir.
Lantas apakah tidak ada solusi yang mudah dan murah atas kasus “tertahan sinyal”? Sebenarnya ada. Caranya, pindahkan lokasi stabling (parkir/istirahat) KAJJ ke Jakarta Kota.
Kenapa pilihannya ke Jakarta Kota?
- Karena disana merupakan stasiun ujung sehingga tidak mengganggu KA yang melintas. Berbeda dengan Gambir yang berada di tengah-tengah lintasan JAKK-MRI-Boo/Bekasi. Bahkan posisi Manggarai berada di perlimaan jalur, posisi Manggarai sangat vital dalam menjamin kelancaran lintas MRI-Jakarta Kota, Bogor, Tanah Abang, Jatinegara dan Dipo Bukit Duri. Manuver langsir di stasiun Gambir serta Manggarai lah yang menyebabkan perjalanan KRL dan KAJJ terhambat diantara Juanda-Manggarai dan sebaliknya.
- Karena Kota memiliki 12 jalur alias 3x lipat lebih banyak dari Gambir. Saat ini, 1 rangkaian KAJJ masuk Gambir, berarti ada 2 jalur (baca: 50%) jalur di Gambir yang terpakai untuk manuver langsir. Saat ini ada 50 KAJJ yang keluar masuk Gambir (minus Gajayana yang langsir di Kota). Artinya, jika 1 KAJJ butuh 5 menit dalam melangsir lokomotif (memindah posisi lok dari mengarah ke utara menjadi mengarah ke selatan), butuh 250 menit alias 4 jam 10 menit. Itu untuk di Gambir saja, belum di Manggarai sebagai lokasi parkir beberapa KAJJ. Jelaslah mengapa Gambir dan Manggarai menjadi titik terlama KRL tertahan sinyal. Berbeda jika di Jakarta Kota jalur 10 yang bisa digunakan sebagai titik langsir KAJJ sebelum masuk dipo Kereta. Malah jika KAI mau mebuat wesel dari jalur Jayakarta ke jalur 9-8, maka akitivitas KRL tidak akan terganggu di jalur 10-11-12.
- Di dekat Jakarta Kota ada dipo kereta. Artinya melangsir KAJJ tidak sesulit jika KAJJ mengawali dan mengakhiri perjalanan di Gambir. Naik turun penumpang tentunya harus dibuat efektif sekitar 5-10 menit saja sehingga jalur 10 Jakarta Kota bisa cepat digunakan KAJJ lain. Berbeda dengan Gambir-Manggarai dimana KAJJ harus melewati 6 blok sinyal sebelum bisa masuk Manggarai. Malah jika ingin masuk/keluar dipo kereta Manggarai, butuh 1 sinyal langsir lagi.
- Dipo kereta Jakarta Kota bisa menangani KA eksekutif. Gajayana merupakan KAJJ kelas eksekutif yang saat ini dilayani dipo kereta JAKK. Jika kita mundur ke beberapa tahun belakang, Bima dan Sembrani pun dilayani disini. Maka tidak ada alasan KAJJ tidak bisa dilayani disini.
- Jakarta Kota bisa melayani bongkar muat KA Barang. Salah satu usaha yang sedang digiatkan KAI adalah angkutan barang. Bahkan KAI sampai membentuk anak usaha PT KA Logistik (KALOG). Manggarai merupakan salah satu pusat aktifitas ekspedisi melalui KA. Namun JAKK pun tidak ketinggalan. Malah sisi utara stasiun JAKK dikhususkan untuk perusahaan-perusahaan ekspedisi rekanan KAI yang menyambung langsung dengan jalur 1 sebagai langsiran gerbong barang.
Langkah-langkah ini tentunya hanya untuk KAJJ yang beristirahat di Jakarta, bukan untuk KAJJ yang putar kepala seperti Argo Parahyangan atau Argo Jati. Jika itu bisa dilaksanakan maka hanya ada 26 perjalanan KAJJ yang berputar di Gambir. Sementara 26 lainnya (plus Gajayana) akan berhenti di Jakarta Kota. Waktu yang dihemat untuk langsir adalah 120 menit alias 2 jam. Waktu yang sama dihemat di sinyal masuk Manggarai.
Solusi diatas semoga didengar PT KAI, sehingga tidak ada lagi saling menyalahkan antara KRL-KAJJ.
Salam Penumpang
Andreas Lucky Lukwira
@A_Lucky_L
Pengasuh akun @NaikUmum
lebih baik baik stasiun-stasiun jarak jauh sperti Gambir dan Senen agar dipindah kan dan dijadikan 1 (Merge) di pinggiran jakarta, seprti statsiun cakung atau bekasi degnan tujuan agar tidak mengganggu lalu lintas KRL jabotabek yang sarat dengan penumpang stiap hari nya.
LikeLike
Preettt lah KAI atau KAJJ semakin bebenah bkn semakin maju tp semakin mundur,semua peraturan KAI buat penumpang,sdh di lakukan oleh penumpang,tp mana hak penumpang ? Penumpang cuma butuh waktu tepat itu saja. Krn penahanan sinyal bnyk pekerja yg telat,bkn sekali dua kali aja. Saya sendiri pernah mengalami keterlambatan naik KAJJ di Gambir di krnkan KAI tertahan mebuju manggarai.alhasil angus sdh tiket KAJJ.dr pihak KAI dan KAJJ lepas tangan dg alasan sy di suruh dtg lbh awal.padahal sy sdh melebihi 1 jam dr jadwal sebenar nya. Apa hrs nya nginap di Gambir ?. Tolong managementnya KAI dan KAJJ perbaiki pelayanannya penumpang.
LikeLike