Solusi Atasi Gangguan @CommuterLine ala @NaikUmum Tidak Masuk Akal !


Pasti sudah pada baca ya, solusi yang ditawarkan @NaikUmum untuk mengatasi gangguan perjalanan Commuter Line antara Juanda dan Manggarai. Kenapa saya bilang tidak masuk akal? Karena buat saya itu adalah solusi sementara. Tetap saja akan ada gangguan pada perjalanan Commuter Line apabila KAJJ masih masuk ke dalam Kota Jakarta dan menggunakan rel yang tidak terpisah dari rel yang digunakan oleh Commuter line.

Sederhana saja, walaupun KAJJ dipindah ke Jakarta Kota, tapi pada dasarnya KAJJ tetap akan menggunakan rel yang sama dengan rel yang digunakan CommuterLine terutama untuk lintas Manggarai – Gambir – Jakarta Kota. Dan kalau sudah begitu, pasti akan ada antrian, mengingat ke depan akan ada penambahan jumlah armada KAJJ dan juga jumlah armada Commuter Line.

Solusi dari @NaikUmum juga tidak memperhitungkan jalur – jalur lain, misalnya jalur antara Bekasi sampai dengan Tanjung Priok. Atau jalur antara Merak hingga ke Tanah Abang – Angke. Kedua jalur itu masih dilewati tidak hanya KAJJ tapi juga kereta barang. Dan ke depan, pergerakan KAJJ dan Kereta Barang di jalur – jalur itu akan sangat tinggi.

Hal lain yang tidak diperhitungkan oleh @NaikUmum adalah soal target penumpang 1,2 juta orang/hari dengan headaway 5 – 7 menit pada 2019. Bagaimana mungkin target itu dapat tercapai kalau KAJJ masih masuk ke dalam kota dan dengan menggunakan rel yang sama.

@NaikUmum juga tidak memperhitungkan bahwa yang punya kuasa di kereta itu setidaknya ada banyak. Ada kementerian Perhubungan sebagai pemilik rel dan sinyal, ada PT KAI yang menguasai stasiun – stasiun dan Dipo, serta ada PT KCJ yang cuma sebagai operator Commuter Line dan juga loket serta SDM.

Saya sepakat, mestinya Gambir difungsikan kembali sebagai Stasiun CommuterLine. Tapi saya tidak sepakat dengan hanya memindahkan KAJJ ke Jakarta Kota maka persoalan akan bisa diatasi. Tapi saya sepakat bahwa usulan dari @NaikUmum adalah solusi sementara. Tapi usulan dari @NaikUmum sama sekali tidak bisa dilakukan secara permanen.

Yang paling benar menurut saya ya pilihannya cuma ada dua yaitu menghentikan KAJJ di titik – titik terluar perbatasan misalnya di Bekasi dan Maja. Dengan asumsi, perpindahan orang dari KAJJ ke Commuter Line juga dilakukan di stasiun yang sama. Toh dengan hal ini, penumpang KAJJ juga dimudahkan dengan perpindahan kereta. Hal ini harus dibarengi dengan penataan jalur CommuterLine lagi dengan menjadikan Stasiun Manggarai sebagai Central Hub Station. Jadi nggak ada lagi perjalanan yang sangat panjang seperti contoh Bogor/Depok atau Bekasi ke Jakarta Kota/Jatinegara.

Atau solusi lain yang memisahkan rel keduanya, sehingga semua stasiun tetap bisa dipakai untuk KAJJ dan juga CommuterLine hanya rel keretanya yang dipisah. Tapi solusi ini tentu tidak berlaku untuk rute Manggarai – Gambir – Jakarta Kota, tapi bisa untuk rute Bekasi – Jatinegara – Rajawali – Ancol – Tanjung Priok. Pilihannya adalah membangun elevated railways untuk CommuterLine sementara yang rel yang eksisting digunakan untuk kereta barang dan KAJJ.

Nah, jadi ya saya anggap usulan itu menarik tapi sekali lagi untuk sementara bukan untuk permanen.

Advertisement

10 Comments Add yours

  1. @NaikUmum says:

    jangan lupa loh, kegagalan TJ selama 8 tahun adalah terpotongnya jalur yang hanya sampai batas kota Jakarta

    memotong KAJJ di Bekasi hanya menambah kepadatan KRL plus mengurangi minat orang naik KA

    kenapa mengurangi minat??

    karena tipikal orang kita adalah mencari yang termudah (praktis)

    lihat betapa suksesnya APTB APTB yang menyajikan dirrect service dibanding dengan TJ. bahkan sekarang ada kecenderungan orang lebih memilih bayar Rp 5rb (dalam koridor) tp langsung (contoh: APTB Sudirman-Thamrin yg sering dipakai orang naik sampai BNN/Cawang Cikoko alias stasiun CW) dibanding Rp 3500 tp mesti oper-oper

    itu buat penglaju (komuter)

    ga kebayang kan gimana pengguna KAJJ yang bertipikal membawa barang banyak (paling ga 1 koper) mesti berjibaku dengan pengguna di dalam KRL yg space untuk berdiri saja sedikit (FYI 75% KAJJ masuk Jakarta pagi alias jika benar hanya sampai Jakarta mereka akan menambah padat kabin KRL, mau lewat jalan aspal? sama aja sengsaranya)

    Like

    1. Anggara says:

      @NaikUmum loh kan ya beda, karena kereta Commuter tidak bisa disamakan dengan bis. Lagipula apakah ada bis luar kota yang juga naik APTB. Pada dasarnya itu penglaju juga. Dengan memisahkan rel atau memindahkan stasiun KAJJ, tentu bisa menambah volume Commuter Line, dan dengan menambang volume Commuter Line situasi kepadatan tidak terjadi.

      Sederhana saja, di London jauh lebih ramai penumpang yang naik underground tapi ya dipisah tuh jalur KAJJ, Ekspress dan Undergroundnya, toh tetap saja orang bawa – bawa koper yang besar dan tetap cukup nyaman di dalam underground

      Kenapa disini jadi nggak bisa dipraktekkan. Soal praktis, itu sih cuma soal kebiasaan yang perlu diubah.

      Like

      1. @NaikUmum says:

        nah pemahaman ini salah

        sistem operasi KA dan bus memang beda bung, tapi karakter penumpang tidak jauh berbeda

        ga usah mendikotomi penumpang KA-penumpang bus

        intinya mereka sama2: orang Indonesia

        karakter sama

        pengen praktis

        Like

      2. Anggara says:

        Soal karakter bisa diubah bung, dan buatku karakter penumpang KRL sedikit lebih baik ketimbang karakter penumpang bus :). Cek aja TJ, sekian banyak sudah ada tiket elektronik masih pada betah aja pakai tiket kertas :mrgreen:

        Like

      3. Basuki Rahmat says:

        Saya kurang sependapat jika KAJJ dipindah ke Bekasi.

        FYI sy pengguna CL juga tapi kurang sependapat jika KAJJ dipindah karena AFAIK ada batasan barang yg boleh dibawa di KRL. Lalu jika dirubah apa mungkin bawa barang yg banyak lalu naik krl yg penuh sesak. Keamanannya gimana?

        Yang ada dijamin penumpang KAJJ turun drastis.

        Solusi yg baik utk semua ya cuma penambahan jalur double double, yg masih tetap susah utk Manggarai – Gambir.

        Kalau boleh bertanya apa penulis sering menggunakan KAJJ? Atau pernah mudik pakai KAJJ gak? Dan jika mudik bawaannya dikit ya kok gak ada perasaaan dengan penumpang KAJJ.

        Like

      4. admin says:

        soal naik KAJJ sih saya sering koq, soal sependapat ya lebih bagus kalau nggak sependapat 🙂

        Like

  2. svaerd says:

    bikin aja jalur ka baru dari bekasi ke tanjung priok, agak muter gitu, tapi khusus buat kajj, biar jalur dalem bisa buat krl aja, cuma nanti terminus kajjnya di gambir ama senen

    Like

  3. Kebiasaan masyarakat yg susah di ubah…jika adanya transit bisa mencegah pembludakan…tetapi jalur KAJJ jug harus di kodisikan …sehingga kenyamanan dan kemudahan di dapatkan.

    Like

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s