Sejak 1 Juni 2014, ada satu topik perbincangan yang ramai di kalangan pengguna KRL: antrian Manggarai. Per Juni 2014, KCJ memang menerapkan jadwal KRL baru sesuai dengan Gapeka 2014, dimana terjadi penambahan perjalanan KRL, yang membuat headway (rentang keberangkatan/kedatangan KRL) menjadi lebih rapat, khususnya untuk KRL tujuan Jakarta Kota.

Stasiun Manggarai ini merupakan titik temu dari Bekasi, Bogor, Jakarta Kota, dan Tanah Abang . Saat ini, lintas Manggarai-Juanda-Jakarta Kota (selanjutnya disebut central line) dilewati oleh 2 relasi KRL (relasi Bogor – Jakarta Kota PP dan Bekasi – Jakarta kota PP) dan juga kereta jarak jauh (selanjutnya disebut KAJJ) yang berangkat / tiba di stasiun Gambir dan Jakarta Kota. Meningkatnya jumlah perjalanan KRL & KAJJ yang melewati central line mengakibatkan lintas ini kian padat, dan imbasnya adalah antrian kereta menjelang stasiun Manggarai, kereta sering kali mengalami pertahanan baik di sinyal blok, sinyal masuk, dan sinyal keluar.

Salah satu solusi mengatasi antrian Manggarai ini adalah dengan mengubah relasi KRL Bogor menjadi hanya satu relasi saja. Cara ini cukup mudah, simpel, dan murah dibandingkan dengan memindah terminus KAJJ ataupun mengharapkan tindakan pemerintah memisahkan trek KRL dan KAJJ yang rasanya seperti mengharapkan Fulham juara UEFA Champions League. Relasi KRL lintas Bogor cukup dibuat Bogor – Tanah Abang – Jatinegara saja, sehingga kepadatan di central line dapat berkurang. Memang agak ribet buat penglaju dari Bogor karena harus transit di Manggarai, tapi lebih baik transit daripada harus antri belasan-puluhan menit di Manggarai bukan? Perubahan rute ini juga harus didukung dengan KRL feeder Manggarai – Jakarta Kota, untuk mengantisipasi overload penumpang di KRL tujuan Jakarta Kota dari Bekasi atau sebaliknya.

Mengapa perubahan relasi ini dapat mengurangi macet di Manggarai? Mari kita berimajinasi sejenak…
Kondisi saat ini di Stasiun Manggarai:

• KRL tujuan Jakarta Kota dari Bekasi masuk jalur 3 atau 1
• KRL tujuan Jakarta Kota dari Bogor masuk jalur 5 atau 3
• KRL tujuan Jatinegara dari Bogor masuk jalur 5

Kerapkali KRL tujuan Jakarta Kota masuk Manggarai pada waktu yang berdekatan, KRL yang diberangkatkan berikutnya harus menunggu KRL didepannya berjarak kira-kira 2 blok sinyal, sehingga KRL dibelakangnya lagi harus antri menunggu jalur kosong terlebih dahulu. Sebagai contoh, jika KRL jalur 3 diberangkatkan, maka KRL Jakarta Kota berikutnya di jalur 5 harus menunggu KRL yang berangkat dari jalur 3 berada setidaknya 2 blok sinyal didepannya, baru KRL di jalur 5 bisa berangkat. Hal inilah yang mengakibatkan KRL dibelakangnya tertahan sinyal masuk.

Dengan perubahan relasi seperti yang dijelaskan diatas, maka kondisinya menjadi:

• KRL dari Bogor hanya masuk jalur 5 saja untuk ke Tanah Abang – Jatinegara
• KRL dari Bekasi hanya masuk ke jalur 3 saja untuk ke Jakarta Kota

Sehingga KRL bisa diberangkatkan tanpa harus antri lama-lama di stasiun Manggarai. Hal yang sama juga berlaku dari arah sebaliknya, KRL Bogor yang masuk jalur 6 stasiun Manggarai hanya dari arah Tanah Abang saja. Tidak ada lagi antrian KRL masuk jalur 6 Manggarai di Cikini, kepadatan lintas hulu-hilir central line pun berkurang.

Sebenarnya, konsep tersebut adalah ide awal dari KCJ saat melakukan penyederhanaan rute KRL yang sengaja dilakukan untuk mengurangi overlapping rute. Namun, penumpang yang saat itu masih belum mengenal kata ‘transit’ menentang konsep tersebut, sehingga jadilah rute yang seperti sekarang, dampaknya baru terasa setelah perjalanan KRL seramai sekarang. Oh ya, konsep ini sebenarnya dapat mengatasi 3 masalah sekaligus: antrian Manggarai, headway KRL tujuan Tanah Abang – Jatinegara, dan masalah penumpukkan penumpang di stasiun Tanah Abang dan Sudirman, keren kan?