Catatan dari Seorang PKD


Senin Pagi, adalah waktu yang membosankan karena ritual rutinitas kembali di gelar. Teriakan tukang ojek menawari penumpang, teriakan penumpang comuterline yang terhimpit dan kerjaan yang masih menggantung. Jumat sore adalah hal yang buat aku malas untuk memulai aktivitas

Seperti biasa dengan malas-malas ku susuri jalan tanah sedikit becek sisa hujan semalam, menuju stasiun sudimara untuk bergabung dengan beratus manusia untuk bekerja, melakoni peran hidup yang begitu bising. Saya tergesa-gesa memburu kereta yang penuhnya sudah tak tertolelir akal sehat. Jam di pergelangan sudah menunjukan angka 7 dimana batas toleransi bagi apel pagi sudah menipis. Namun alangkah dongkol hati saya ketika kereta yang di tunggu tak muncul juga, detik-detik terus berdetak jarum jam bergeser. Astagfirallah sudah satu jam saya berdiri ternyata kereta tak muncul jua. Pemberitahuan kata maaf dari petugas bertalu-talu seperti suara pak Hanif yang menekankan pentingnya disiplin. Dumelan sana -sini mulai membisingkan telinga, apa lagi awal pekan kereta terlambat itu hal yang luar biasa. Luar bisa karena lautan manusia akan meluber karena jadwal bertumpuk.

Saat saya sedang duduk terlihat seorang petugas PKD sedang menyendiri di sudut statsiun. Ssaya tertarik mengamati roma mukanya ada sebuah tekanan dalam diamnya. Saya beringsut mendekatinya sambil basa-basi saya tanya kenapa kereta pagi ini telat, padahal ini awal pekan. Dia pun menerangkan, perbincangan terus mengalir, saya terus bertanya tentang berapa lama jadi petugas kereta, maka mengalirlah cerita dia tentang pekerjaan PKD, tentang tugasnya yang tidak ringan, mulai dari menertibkan penumpang yang nakal yang menerobo jalur kereta padahal kereta sudah dekat, cacian dari pkl yang di tertibkan daganganya dari KRD dan stasiun.

“Jujurnya saya juga kasihan mas” lirihnya sambil menunduk. “Tapi apalah daya kamikan menjalankan perintah SOP” ujar dia lagi. Aku terhentak mendengar kata-kata dia tentang SOP, ingatanku melayang pada masa-masa kelam dimana atas nama ketertiban semua bangunan di luluh lantakan oleh buldozer, aku tercekat nampak lekat di ingatanku seorang ibu pingsan ketika lapak dagangannya harus di gusur paksa, masih masih amat jelas di ingatanku saat teriakan ibu-ibu yang berjualan membuat hatiku bagai teriris sembilu.

Ya SOP yang seperti terluncur dari si mas PKD, saat ku paksa merek auntuk hentikan. Aku terpekur ternyata mahluk yang bernama SOP itu sungguh digjaya. Aku yakin ratusan manusia yang tiap hari naik kereta ini pun faham, karena rutinitas ritual dan manusia mekanikal adalah produk SOP itu, tapi mereka masih saja mengomel dengan keadaan mengeluh dengan buruknya layanan. Andai saja kita si PKD itu yang di marahi komandan dengan ancaman uang gaji di potong, mungkin kita sama jika terlambat akan ternena potongan uang makan juga, tapi apa tiap hari kita dicerca,?

Mereka produk SOP yang disandangkan kadang buat kita sebagai manusia kehilangan kemanusiaannya. Ya inilah realita terdekat sebagai pengguna, kita punya hak untuk di layani tapi di lain sisi juga sebagi penguna juga kita harus menuruti aturan. Sebagian dari kita mungkin bisa tapi bagaimana yang lainya? Saya selalu tertarik mengamati penumpang dengan pola pikir dan latar pendidikan yang berbeda dalam satu kesatuan utuh membentuk konfigurasi unik. Ratusan orang saat fajar menyingsing bergerak ke pusat -pusat kehidupan mengais berkah rizqi yang di tabur Tuhan di seantero penjuru bumi,  dan kala petang datang maka kembali menuju satu titik yaitu rumah impian.

Ssang PKD itu pun masih berceloteh entah apa, mungkin dia baru putus dari pacarnya atau kontraknya akan berahir sebulan lagi. Entahlah karena saya sibuk dengan pikiran yang entah kemana, terdengar pengumuman dari petugas yang tak henti-hentinya meminta maaf bahwa kereta hampir tiba. Pelajaran yang perlu kita petik jika kita kekurangan stok maaf untuk memaafkan seseorang maka saya curiga anda bukan penumpang militan atau KRL MANIA. Saya pun kembali menjelma sosok mahluk SOP.

Hery S Ardiansyah, dari beberapa pengalaman yg berbeda tapi mirip alurnya

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s