Ini bukan kali pertama aku naik commuterline, sebelumnya pun sudah. Disini aku ingin berbagi cerita yang aku sendiri belum tau endingnya..
Awalnya memang aku tak begitu memperhatikan. Setiap pagi di jam kerja, berangkat dari st. Klender Baru, aku selalu memulai aktifitas dengan menggunakan commuterline untuk menuju kantor di daerah menteng dan turun di st. Cikini
Seperti kebanyakan orang setiap pintu kereta terbuka aku langsung mengambil langkah seribu menuju pintu keluar untuk tap out. Memang hampir setiap pagi seperti itu, sehingga tak pernah aku memperhatikan apapun disekitarku.
Karena kantorku tidak jauh dari stasiun. setiap haripun aku berjalan kaki, terkadang aku mengayuhkan kedua tanganku sembari berolahraga ringan.
Itu yang aku lakukan hampir setiap hari. Okey, ini cerita biasa.. tak ada yang istimewa memang.
Tapi pernah sewaktu-waktu rekan kerjaku bercerita tentang ‘teman kereta’.
Apa itu teman kereta?
Rekanku menceritakan tentang kesehariannya yang setiap pagi bertemu dengan orang yang sama, menunggu kereta diperon yang sama dan saling memulai obrolan ringan bahkan sampai memberi undangan pernikahan.
Aku heran, sudah hampir satu tahun aku naik commuterline, kenapa aku tidak punya ‘teman kereta’.
Dari situlah aku mulai membiasakan memperhatikan sekitarku.
Saat menunggu kereta datang, sesekali aku melihat orang-orang di sekelilingku, ternyata benar ada Mas-mas yang hampir setiap hari pakai kemeja ungu, dia ganteng pula tapi keteknya basah. Ada juga ibu-ibu gendut yang mandi keringat tiap pagi.
Eits.. tapi bukan itu yang akan aku bahas.
Hampir setiap pagi aku menunggu kereta datang di Kereta 5 atau 6, itupun selalu bertemu mas ungu dan ibu gendut tadi. Tapi bagaimana aku bisa menyapa kalau mereka terus melihat handphonenya,
Mungkin ‘teman kereta’ku hanya sebatas ini.
Tidak boleh, aku tidak mau ‘teman kereta’ berakhir seperti ini.
Pagi itu, saat tap out di st. Cikini mungkin karena setiap orang ingin cepat sampai kantor, mereka terus berjalan cepat, sudah tau trotoarnya tidak terlalu lebar mereka berusaha mendahului orang didepannya.
Begitu juga aku, aku berpatokan orang yang paling tinggi diantara sekumpulan CL’ers yang lain, aku berusaha terus berada dibelakang bapak-bapak tinggi itu.
Ternyata arah yang aku tuju sama dengan bapak tinggi tadi. Saat aku sampai kantor bapak itu masih terus berjalan, dan aku tak begitu memperhatikan.
Terkadang aku berangkat terlalu pagi, sampai aku tak melihat orang paling tinggi diantara banyaknya penumpang keluar.
Aku menyeberang, olahraga ringan minum air putih ditengah perjalanan.
Seperti terus setiap hari, setiap kali setelah tap out, didepanku pasti ada bapak tinggi tadi. Kenapa aku bisa tahu? karena tasnya bertuliskan Arai.
Sekarang setelah tap out aku mengejar bapak Arai tadi untuk berada dibelakangnya, mengikuti langkahnya, badan dia yang gendut dan tinggi memudahkan untuk melangkah lebih cepat. Kadang aku bisa berada didepannya, tapi tetap saja bapak Arai mendahuluiku.
Sampai aku akhirnya tahu kalau kantor bapak Arai tadi berseberangan dengan kantorku, memang agak maju sedikit. Tapi cuma begini terus setiap pagi, mungkin bapak Arai tidak tahu kalau aku terus mengikutinya dari belakang.
Apa ‘teman kereta’ku hanya sebatas ini?
Sampai suatu hari, saat aku tak begitu lagi memperhatikan, bapak Arai yang jauh didepanku tiba-tiba mengayunkan kedua tangannya, dia mengikuti gayaku.
Bapak Arai tau kalau ada aku dibelakangnya, sebelum menyeberang bahkan tangannya seperti memanggil tanpa dia menoleh kebelakang, memberi kode untuk menyeberang bersama. Bapak Arai tahu keberadaanku, aku merasa senang entah walau hanya hal kecil. Tapi bapak yang bahkan aku belum tau namanya, dia menungguku menyeberang bersama.
Dia ‘teman kereta’ pertamaku..
Sekarang giliranku, aku ingin menyapanya ingin berbincang dengannya tapi rasa kurang percaya diri masih ada. Takut memperlambat jalannya, takut dia terburu-buru dsb.
Aku belum berani,
Karena itu aku berbagi tulisan disini ingin meminta saran kepada CL’ers lain, apa aku harus menyapa atau biarkan saja seperti biasa.
Terimakasih
(#jalurbekasi)
Ahem…. cikiniers juga š tapi aku ga pake tas arai dan ga tinggi tuh non š
dan ga bukan #JalurBekasi tapi @JalurDepokBogor
Salam kenal
LikeLike
salam kenal.. cikiniers
LikeLike
teman kreta…lebih bagus dari pada teman metro mini…jalannya kadang ugal ugalan dan membahayakan penumpangnya..
salam kenal
LikeLike