Pada 2 September 1976, KRL secara resmi beroperasi untuk umum setelah sehari sebelumnya, sebagaimana dilaporkan Kompas, para pejabat Kereta Api dan jajaran pemerintahan Bogor mencoba perjalanan KRL dari Bogor tepat pada pukul 10.45
Sulit rasanya jika kita harus membayangkan kondisi 39 tahun yang lalu, saat KRL resmi beroperasi. Saat itu, KRL pertama yang beoperasi adalah KRL jenis Rheostatic dengan empat pintu, dimana satu set rangkaian KRL terdiri atas empat kereta dan memiliki kapasitas angkut 566 penumpang.
Sejarah panjang pengoperasian kereta listrik juga tidak bisa dilepaskan dari campur tangan pemerintah Hindia Belanda kala itu. Saat itu di 1923, Pemerintah Hindia Belanda melalukan elektrifikasi jaringan rel dan dioperasikan pertama kalinya pada 1925 untuk wilayahJabodetabek dengan listrik aliran atas bertegangan 1500 V DC.
Kereta listrik di Batavia saat itu ditangani oleh perusahaan Electrische Staats Spoorwegen (ESS), bagian dari perusahaan Staats Spoorwegen (SS) yang khusus menangani sarana, prasarana dan operasional kereta listrik di Batavia dan sekitarnya. Pada jaman dahulu, KRL nya masih di tarik lok listrik yg dengan 1 penggerak dan beberapa kereta pengikut.
Kedepan banyak harapan yang muncul dari para penumpang @CommuterLine terutama saat muncul wacana integrasi layanan KRL @CommuterLine, MRT Jakarta, dan (yang terbaru) LRT Jakarta.
Menanggapi rencana integrasi tersebut, Antyo Rentjoko, salah satu penumpang setia @CommuterLine mengatakan perlunya lembaga setingkat menteri untuk mengkoordinasikannya, karena menyangkut kerumitan antar propinsi dan antar kota. Menurutnya tidak cukup masalah interkoneksi ini diselesaikan dengan komunikasi antar-kepala daerah yang bergantung pada inisiatif salah satu pihak. Bagaimanapun, lanjutnya, interkoneksi juga menyangkut lahan, goodwill dan kecerdasan. “Bagaimana mau integrasi kalau kepentingannya bin eka banget tanpa Mbak Ika?”
Kakak Ika ada di sini kok. Menunggumu 😀
LikeLike