Pagi ini (11/11) novelis Aguk Irawan menuturkan sekelumit kisah di status akun facebook-nya.
Pagi hari ia sudah berada di Stasiun Tugu, Yogyakarta. Tujuannya hendak ke Malang, mengisi sarasehan di UIN.
Karena terburu-buru, ia lupa membawa dompet. Padahal KTP, SIM atau tanda pengenal lain ada di dalam dompet itu. Tentu saja oleh petugas ia tidak diizinkan masuk.
Lobi sekitar 15an menit tak membuahkan hasil. Dengan lemas, ia membalikkan badan untuk pulang. Namun baru dua langkah menuju parkir, datanglah petugas berbaju biru. Petugas itu mempersilahkannya masuk.
Karena penasaran ia bertanya, “Kenapa saya diizinkan masuk?”.
Petugas menjawab datar, “Saya sudah cek nama anda dan poto di FB juga google, sesuai.”
Petugas itu juga membantunya mengangkat kardus. “Berat! ini pasti buku ya mas.”
“Subhanallah, inilah dampak teknologi dan petugas yang melek IT, dan tentu saja cara Tuhan mempertemukan saya dengan orang baik di tiap kesulitan. Alhamdulillah min akhwal khal ila ahsanil khal,” tulisnya di akhir status.
Begitulah salah satu manfaat kalau kita menuliskan nama jelas di sebuah akun. Coba kalau petugas itu ketemu kaum alay yang ketinggalan dompet. Mana ketemu saat browsing di internet. Lha namanya aja aneh-aneh: “Achoe Yang celalu unyu,” “Aku chayank kamu”, “Aku gadis imoet”, “Aku tetangga kamu”, “aku pacarnya teman kamu”, “Mantan yang celalu unyu”, “Mantan yang tertukar”, “Gadis gerbong tiga”, dan lain-lain.
Salam Halah