Dalam seminggu ini, di Stasiun Pasar Senen dan Manggarai, tertangkap dua orang berseragam dan beratribut masinis yang ternyata masinis gadungan. Menurut berbagai laporan, keduanya memakai seragam masinis untuk melakukan tipu daya. Salah satunya penipuan terhadap seorang wanita hingga mengalami kerugian lebih dari empat juta rupiah.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Gadungan artinya palsu; bukan yang sebenarnya; atau jadi-jadian. Bahasa gaulnya: KW. Sepertinya posisi masinis sudah naik tingkat hingga ada oknum-oknum yang memanfaatkannya untuk tujuan tertentu. Apalagi sekarang banyak sekali masinis muda yang keren-keren. Mungkin nanti Ram Punjabi perlu membuat sinetron Ganteng-Ganteng Masinis.
Kata Gadungan sudah akrab di telinga saya sejak kecil. Dalam kamus kuliner masyarakat Purworejo, Jawa Tengah, Gadungan adalah nasi dari ketela. Gadungan (nasi ketela) merupakan salah satu olahan makanan tradisional serupa nasi yang dikonsumsi saat musim paceklik. Gadungan masih saudara sepupu dengan tiwul.
Jadi sebelum para peneliti heboh membuat nasi analog sebagai bentuk diversifikasi pangan, nenek moyang kita sudah lebih dulu mengenal nasi tiruan seperti gadungan. Bukan tidak mungkin gadungan ini yang mengantar anak-anak Purworejo mengapai cita-citanya termasuk menjadi masinis yang handal. Kalau salah satu dari mereka membuat buku biogafi judulnya bisa: Dari Gadungan Menjadi Masinis.
Nah, kalau di ibukota tertangkap masinis gadungan, di Purworejo masinis bisa duduk lesehan sambil makan gadungan. Bisa dimakan langsung dengan dicampur parutan kelapa. Atau sebagai nasi dengan lauknya gereh (ikan asin), oseng melinjo, atau sayur apa saja yang ada di wajan. Biar lebih afdol, piringnya bisa dari daun jati. Maknyus lah.
Selain gadungan, kita sering mendengar kata gadung, sejenis tanaman umbi-umbian yang cukup populer walaupun kurang mendapat perhatian. Gadung menghasilkan umbi yang dapat dimakan, namun mengandung racun yang dapat mengakibatkan pusing dan muntah apabila kurang benar pengolahannya. Gadung bisa diolah menjadi keripik atau direbus sebagai cemilan.
Kembali ke masinis gadungan, ternyata memang semakin banyak orang yang terobsesi menjadi masinis. Selain yang berkeliaran memakai seragam dan atribut masinis, ada juga yang masih sekedar menuliskannya sebagai pekerjaan di profil fesbuk. Begitulah, serupa lagu yang dinyanyikan Ahmad Albar: Dunia ini panggung sandiwara…
Depok, 3 September 2016
Setiyo Bardono, staf kurang ahli Paijo Riset Senter dan piguran sinetron Ganteng-Ganteng Gadungan.
nice kak
https://polldaddy.com/js/rating/rating.js
https://polldaddy.com/js/rating/rating.js
LikeLike
waduh hal ini harus diwaspadai di stasiun manapun.
LikeLike