Catatan ini sedikit saja tentang rel dan kereta rel listrik, jamak disebut krl yang brandingnya diubah menjadi commuterline. Catatan ini dibuat sebagai pengingat bahwa hidup itu naik dan turun. Ada raihan ada kegagalan. Juga krl yang kita cintai ini. Yeilah pakai cinta segala yak.
Yang terasa tahun 2016 kurang banyak tawaran buat pengguna kartu elektronik keluaran bank. Di tahun 2015 ada potongan tarif ketika hari ulang tahun kemerdekaan. Ada juga yang memberikan potongan tarif anti mainstream banget waktu itu. Serupiah, Rp1,00, untuk satu perjalanan di pagi hari. Ya betul, serupiah untuk satu satu kali perjalanan kemana pun. Asyiknya, kartu elektronik kita menjadi bersaldo keriting hihihihihihihi. Seneng rasanya. Bukan karena menghemat Rp2.499,00 tetapi ya karena saldonya tercatat keriting. Kecuali diisi dengan fasilitas atm, sulit mendapatkan saldo keriting. Seingatnya waktu itu diskon itu berlaku tiga hari kerja. Kapan kita menikmati diskon-diskon menyenangkan seperti ini?
Soal tiket yang naik, tidak dikeluhkan. Soalnya subsidinya yang kita nikmati masih besar. Terima kasih pemerintah.
Tapi juga ada senangnya, di 2016 ini gangguan krl makin menurun. Apalagi kemampuan teman-teman kita di PT KAI maupun PT KCJ maupun Ditjen KA (udah disebut semua khan?) sudah semakin bagus. Gangguan rel patah, padamnya LAA, kereta anjlog, gangguan teknis kereta, dll tetap terjadi namun penanganannya sudah cepat sekali. Terasa banget terjadi peningkatan kemampuan penanganan gangguan. Bravo
Masih perlu mendapat perhatian adalah soal antrian masuk stasiun. Terasa banget antrian masuk stasiun, terutama di MRI dan/dari rel layang, semakin panjang. Maksudnya semakin lama. Ada yang lapor dari MRI ke Jayakarta butuh waktu 1 jam 20 menit, tersebab antrian. Pingsan!!!
Antrian juga menular di THB, sejak jadi lokasi stabling kereta (istilah ini apa artinya sih?) kereta KAJJ parkir dengan maju mundur begitu bikin antrian masuk sinyal THB dari arah PLM. Jika semua tepat jadwal, antrian di THB ini tidak terjadi. Tetapi jika sudah ada yang terlambat, maka antrian THB ya menghebat. Meski belum menyamai antrian di MRI yang dirasakan teman @jalurbekasi maupun @jalurBOO, namun @jalurserpong sudah mulai bisa berempati. Semoga kedepan, semakin bisa menaati jadwal sehingga tidak perlu ada antrian yang tidak perlu.
Banyak hal bagus terjadi di 2016. Stasiun-stasiun semakin bagus: PLM dan KBY contohnya. Beberapa stasion lain juga dilakukan penataan. Tambah bagus, tambah rapi. Penataannya termasuk perpanjangan peron untuk rangkaian 12 kereta. Penataan juga terkait dengan usaha untuk menyediakan tempat parkir motor mobil bagi para penglajo. Bayar sih, dan sayangnya, tidak murah! Kenapa harus murah? Ya agar para penglajo berkendaraan pribadi secara sukarela pindah naik krl.
Bahkan di ujung 2016 ini ada proyek yang sungguh ditunggu-tunggu: lorong bawah rel (underpass) untuk berpindah peron. Di ujung tahun 2016, di MRI sudah selesai dibangun. Tentu masih ada penataan dan pembiasaan. Di stasiun yang lain (SDM, PDJ, dan banyak lagi) sedang dilakukan pembuatan lorong bawah tanah itu. Di THB sedang dibuat peron layang di utara. Berita bagusnya, peron itu dilengkapi dengan tangga berjalan (elevator). Asyik ya. Semua itu tentu demi keamanan penumpang ketika harus berpindah peron.
Satu kontroversial terjadi di 2016, apa itu? Pasti sudah dapat ditebak: sandaran atau ‘jemuran baju’. Pada saat ‘inovasi’ itu diperkenalkan di Sta THB, banyak yang bingung. Itu buat apa sih? Beneran aneh, soalnya dia menggantikan bangku besi yang bisa dipakai untuk duduk. Ya menggantikan, bukan menambah. Pihak terkait berkilah: “penumpang krl tidak perlu menunggu terlalu lama, jadi tidak butuh bangku”. Apalagi ada komentar dari petinggi: “di luar negeri juga di stasiun kereta commuter, tidak disediakan kursi atau bangku.” Memicu komentar.
Biarlah komentar itu tidak perlu dicatat di sini. Kemudian ketika inovasi itu juga melanda stasiun-stasiun kecil rame lagi komentar. Tetapi mungkin memang inovasi itu wajib, sebagai bentuk belanja modal, ya sudah sulit ditolak. Bagusnya disadari bahwa inovasi itu tidak menggantikan bangku duduk tetapi menambahkan. Bolehlah.
(Inovasi itu ada yang menyebut kursi sender tapi ada yang sebut jemuran baju. Sengaja tidak menggunakan kata ‘bangku atau kursi’ untuk inovasi itu karena jelas tidak sesuai dengan pengertian bangku dan kursi di kamus, harus bisa dibuat duduk. Inovasi itu bisa dibuat duduk, beberapa netizen telah merekam anak-anak yang berusaha duduk di situ, akibatnya jadi lucu dan bahaya!. Jika dewasa tidak disarankan untuk mencoba duduk di inovasi itu: baik pria apalagi wanita, muda pun muda! Jangan ya!)
Di 2016 teman linimasa juga mengingatkan adanya: mesin tiket yang di pasang di beberapa stasiun. Wah canggih dan gaya banget. Meski terlihat jadi panjang antriannya. Juga ada media informasi Linikini, oleh MacroAd. Ini sebuah layanan yang bermanfaat sekaligus tempat iklan yang pas banget. Penumpang yang kesel karena kereta kena antrian, bisa sebentar menikmati hiburan dan sajian informasi sederhana, teaser film, video musik, dll.
Jika ada yang membuat sosialisasi naik turun krl dan dipasang di Linikini itu, bagus sekali. Video pendek saja yang membuat yang akan naik harus mendahulukan yang turun terlebih dahulu. Ini soal yang masih begitu buruk di tempat kita. Mungkin video itu bisa membawa ke alam bawah sadar sehingga tercipta budaya naik krl dengan baik.
Segini dulu catatan pendek menutup tahun 2016. Nanti ada catatan pendek membuka tahun 2017. Ya jika tahun 2017 sudah berjalan
Salam hangat
Bibin
@comlinejkt
di hari terakhir tahun 2016 naik krl
(30 Desember 2016, semoga besok tidak harus lembur)
Sudah dilakukan koreksi atas masukan @SantiaRisky
thanks
LikeLike
Mungkin Bibin lupa mencatat ya: soal panjang rangkaian kereta. Tahun 2016 ini sudah tidak ada lagi rangkaian 6 kereta. Kebanyakan sudah 8, lebih banyak lagi yang 10, dan beberapa 12.
Mungkin 12 itu rangkaian maksimal ya. Mosok jadi 24? Nanti dari SRP – RU tidak perlu dijalankan krlnya, penumpang cukup jalan di dalam kereta. :))
salam manis buat Bibin
(numpang kenal)
LikeLike
Dari tahun 2015 pun sdh tdk ada kereta dng SF6 disemua lintas mas. Paling ada SF4 hny untuk eject KPB-JAKK PP.
LikeLike
Syukurin Mas Bimo @SantiaRisky hobi banget kasih koreksi. Padahal nulis ya belum pernah, tapi koreksinya beeuh, banyak.
LikeLike
Kereta api komuter bin, bukan kereta rel listrik 😀
LikeLike